Kamis, 12 November 2009

RANCANGAN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI

RANCANGAN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI


I. RANCANGAN DESKRIFTIF
A. PENGERTIAN

Metode penelitian deskriptif ialah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Metode penelitian deskriftif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan atau analisis data, membuat kesimpulan dan laporan.
Metode deskriftif biasanya digunakan untuk menelaah terhadap masalah yang mencakup aspek yang cukup banyak (populasi) dan menelaah suatu kasus tunggal (individu), mengadakan perbandingan antara suatu hal dengan yang lain, ataupun untuk melihat hubungan antara suatu gejala dengan peristiwa yang mungkin muncul akan timbul dengan munculnya gejala tersebut.

B. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN DESKRIFTIF

Secara umum langkah-langkah yang harus ditemouh dalam penelitian deskriftif ini tidak berbeda dengan metode-metode penelitian yang laen, yakni :
1. Memilih masalah yang akan diteliti
2. Merumuskan dan mengadakan pembatasan masala, kemudian berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori-teori sebagai dasar menyusun kerangka konsep penelitian.
3. Membuat asumsi atau angapan-anggapan yang menjadi dasar perumusan hipotesis penelitian.
4. Merumuskan hipotesis penelitian
5. Merumuskan dan memilih teknik pengumpulan data.
6. Menentukan kriteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi data.
7. Menentukan teknik dan alat pengumpul data yang akan digunakan.
8. Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data yang akan digunakan.
9. Melakukan pengolahan dan analisis data (menguji hipotesis)
10. Menarik kesimpulan atau generalisasi.
11. Menyusun dan mempublikasikan laporan penelitian.
C. JENIS-JENIS PENELITIAN DESKRIFTIF

Bentuk pelaksanaan penelitian deskriftif ini ada berbagai jenis, antara lain sebagai berikut :
1.Individu (Case report, case series, cross sectional )
2.Populasi ( Studi korelasi, rangkaian berkala / time series )

RANCANGAN DESKRIFTIF PENELITIAN INDIVIDU

1. PENELITIAN CASE REPORT

Adalah Studi kasus yang menggambarkan pengalaman kasus / pasien, sehingga rancangan case report ini disebut rancangan kuno dan jarang digunakan lagi.
Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal.
Unit tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah, misalnya keracunan, atau sekelompok masyarakat di suatu daerah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu.
Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara integratif.

Kegunaan Penelitian Case Report :
a. Dapat sebagai petunjuk pertama dalam mengidentifikasi suatu penyakit.
b. Dapat untuk memformulasikan suatu hipotesa.

Kelemahan Penelitian Case Report :
a. Tidak dapat digunakan untuk mengetes hipotesa karena tidak ada kelompok pembanding.
b. Terdiri dari satu kasus dan tidak ada kelompok pembanding sehingga tidak dapat untuk mengetes suatu hubungan asosiasi secara statistic.


2. PENELITIAN CASE SERIES

Adalah Suatu rancangan penelitian yang menggambarkan sekelompok kasus dengan diagnosa yang sama. Rancangan penelitian ini juga tergolong rancangan yang kuno sehingga jarang digunakan lagi.

Kegunaan Penelitian Case Series :
a. Sebagai petunjuk pertama dalam mengidentifikasi suatu penyakit baru.
b. Untuk memformulasikan suatu hipotesa atau dugaan.

Kelemahan Penelitian Case Series :
a.Studi ini tidak dapat digunakan untuk mengetes hipotesa karena tidak ada kelompok pembanding.
b.Ada Case Series terdiri lebih dari satu kasus akan tetapi tidak ada kelompok pembanding sehingga tidak dapat untuk mengetes suatu hubungan asosiasi yang valid secara statistik.

3. PENELITIAN CROSS SECTIONAL

Adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan carapendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( poin time approach ).Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.

Pengertian-pengertian yang perlu dipahami dalam penelitian cross sectional, dan juga untuk penelitian analitik yang lain, di antaranya ialah :
a. Penyakit atau efek
b. Faktor resiko untuk terjadinya penyakit tersebut
c. Agen penyakit (penyebab penyakit)

Faktor resiko ialah faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu ( kondisi yang memungkinkan adanya mekanisme hubungan antara agen penyakit dengan host dan penjamu (manusia), sehingga terjadi efek (sakit).

Ada 2 macam faktor resiko, yaitu :
1. Faktor resiko yang berasal dari organisme itu sendiri (faktor intrinsik) .
Dibedakan menjadi :
a. Faktor jenis kelamin dan usia
Beberapa penyakit tertentu cenderung diderita oleh seseorang dengan jenis kelamin atau usia tertentu. Moisalnya gastritis, cenderung diderita oleh kaum pria dan wanita, Kardiovaskuler cenderung diderita oleh orang yang berumur lebih dari 40 tahun.
b. Faktor anatomi atau konstitusi tertentu
Ada bagian-bagian tubuh tertentu peka terhadap suatu penyekit, misal virus herpes yang menyerang pada bagian syaraf.
c. Faktor nutrisi
Seseorang yang menderita kurang gizi (malnutrisi) akan rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi, terutama TBC paru dan diare.
2. Faktor resiko yang berasal dari lingkungan (faktor resiko ekstrinsik)
Berdasarkan jenisnya , faktor ekstrinsik dapat berupa : keadaan fisik, kimiawi, biologik, psikologik, maupun sosial budaya dan perilaku. Misalnya : keadaan perkampungan yang padat penduduk merupakan faktor resiko untuk penyakit ISPA, lingkungan yang gaduh penuh pertentangan dan permusuhan merupakan faktor resiko untuk stres.
Agen penyakit adalah mikroorganisme atau kondisi lingkungan yang bereaksi secara langsung pada individu sehingga individu tersebut menjadi sakit ( faktor yang harus ada untuk terjadinya penyakit ).
Penelitian Cross Sectional adalah suatu penelitian dimana variabe-variabel yang termasuk faktor resiko atau variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasisekaligus pada waktu yang sama. Oleh sebab itu desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema Rancangan Penelitian Cross Sectional
Populasi
(Sampel)
Faktor resiko +
Faktor resiko
Efek +
Efek ­-
Efek +
Efek -
Dari skema rancangan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi variable-variabel penelitian dan mengidentifikasi factor resiko dan factor efek
b. Menetapkan subjek penelitian.
c. Melakukan observasi atau pengukuranvariabel-variabel yang merupakan factor resiko dan factor efek sekaligus berdasrkan status keadaan varibel pada saat itu (pengumpulan data).
d.Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).
Contoh sederhana : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional.
Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukanya masing-masing.
- Variabel dependen (efek ) : BBL
- Variebel independen (risiko ) : anemia besi.
- Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu, perawatan kehamilan, dan sebagainya.

Tahap kedua : menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.
Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi daerah mana ereka akan diambil contohnya lingkup rumah sakit atau rumah bersalin. Demikian pula batas waktu dan cara pengambilan sampel, apakah berdasarkan tekhnik random atau non-random.

Tahap ketiga : Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel dependen-independen dan variabel-variabel yang dikendalikan secara bersamaan (dalam waktu yang sama).
Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb ibu, menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain.

Tahap keempat : Mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan.
Bandingkan BBL dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan BBL.


Keuntungan penelitian Cross Sectional :
Mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu, dan hasil dapat diperoleh dengan cepat dan dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel resiko maupun variabel efek.
Keterbatasan penelitian Cross Sectional :
a. Diperlukan subjek penelitian yang besar
b. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat
c. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan
d. Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan faktor efek paling lemah bila dibandingkan dengan dua rancangan epidemiologi yang lain.

RANCANGAN DESKRIFTIF PENELITIAN POPULASI

1.STUDY KORELASI ( CORRELATION STUDY )
Merupakan penelaahan hubungan dua variabel suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala lainnya. Untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel yang lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya.
Dalam uji statistik biasanya dengan menggunakan analisis korelasi yang secara sederhana dapat dilaukan dengan cara melihat skor atau nilai rata-rata dari variabel yang satu dengan skor rata-rata dari variabel yang lain.
Koefisien korelasi yang diperoleh selanjutnnya dapat dijadikan dasar untuk menguji hipotesis penelitian yang dikemukakan terhadap masalah tersebut. Dengan membuktikan apakah ada hubungan kedua variabel tersebut, dan sejauhmana hubungan antara keduanya.Misalnya penelitian untuk mengetahui hubungan berat badan bayi lahir dengan jumlah varitas ibu.

2. RANCANGAN RANGKAIAN WAKTU (TIME SERIS DESIGN)
Rancangan ini seperti rancangan pretes-postes, kecuali mempunyai keuntungan dengan melakukan observasi (pengukuran yang berulang-ulang), sebelum dan sesudah perlakuan. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :
01 02 03 04 X 05 06 07 08
Pretes
Perlakuan
Postes
Dengan menggunakan serangkaian observasi (tes), dapat memungkinkan validitasnya lebih tinggi. Karena pada rancangan pretes-postes, kemungkinan hasil 02 dipengaruhi oleh faktor lain diluar perlakuan sangat besar, sedangkan pada rancangan ini, oleh karena observasi dilakukan lebih dari satu kali (baik sebelum maupun perlakuan), maka pengaruh factor luar tersebut dapat dikurangi.

II. RANCANGAN ANALITIK
A.PENGERTIAN
Metode penelitian Analitik ialah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko dengan efek, antar faktor resiko, maupun antar faktor efek

B.JENIS-JENIS RANCANGAN ANALITIK
Rancangan analitik secara garis besar dibedakan menjadi :
1.Observasional (Case control, Cohort )
2.Eksperiment ( Pre – Squase – Murni)

RANCANGAN ANALITIK PENELITIAN OBSERVASIONAL

1.PENELITIAN CASE CONTROL
Adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana factor resiko dipelajari dengan menggunakan pandekatan retrospective.
Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian factor resiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu.
Skema Rancangan penelitian Case Control

Retrospektif
Faktor risiko +
Faktor risiko -
Faktor risiko -
Faktor risiko +
Retrospektif
Efek +
Efek -
Kasus
(Kontrol)
Populasi (sampel)
Tahap-tahap penelitian Case control
a. Identifikasi variable-variabel penelitian ( factor resiko dan efek )
b. Menetapkan objek penelitian ( populasi dan sampel )
c. Identifikasi kasus
d. Pemilihan subjek sebagai kontrol
e. Melakukan pengukuran retrospektif ( melihat ke belakang ) untuk melihat faktor resiko
f. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol

Contoh Sederhana : Penelitian ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi/ kekurangan gizi pada anak balita dengnan perilaku pemberian makanan oleh ibu.

Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel dependen ( efek ) dan variabel- variabel independen (faktor resiko ).
- Variabel dependen : malnutrisi
- Variabel independen : perilaku ibu dalam memberikan makanan.
- Variabel independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, dan sebagainya.
Tahap kedua : Menetapkan objek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Objek penelitian disini adalah pasangan ibu dan anak balitanya. Namun demikian perlu dibatasi pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini.

Tahap ketiga : Mengidentifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita malnutrisi (anak balita yang memenuhi kebutuhan malnitrisi yang telah ditetapkan, misalnya berat per umur dari 75 % standar Harvard. Kasus diambil dari populasi yang telah ditetapkan .

Tahap keempat : Pemilihan subjek sebagai kontrol, yaitu pasangan ibu-ibu dengan anak balita mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan kepada kesamaan karakteristik subjek pada kasus. Misalnya ciri-ciri masyarakatnya, sosial ekonominya dan sebagainya.

Tahap kelima : Melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasusu (anak balita malnutrisiI itu diukur atau ditanyakan kepada ibu dengan menggunakan metose recall mengenai perilaku memberikan jenis makanan , jumlah yang diberikan kepada anak balita selama 24 jam.

Tahap keenam : Melakukan pengolahan dan analisis data .
Dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam hal memberikan makanan kepada anaknya pada kelompok kasus, dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok kontrol. Dari sini akan diperoleh bukti ada tidaknya hubungan perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita.

Kelebihan Rancangan Penelitian Case Control
a. Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
b. Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih tajam dibanding hasil rancangan cross sectional
c. Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen (kohort)
d. Tidak memerlukan waktu lama ( lebih ekonomis )

Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control
a. Pengukuran variabel yang retrospective, objektivitas, dan reabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingatkan kembali faktor-faktor resikonya.
b. Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidakdapat dikendalikan.
c. Kadang-kadang sulit memilih kontrol yang benar-benar sesui dengan kelompok kasusu karena banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan.

2. PENELITIAN COHORT (PENELITIAN PROSPEKTIF )
Merupakan suatu penelitian survei ( non eksperimen ) yang paling baik dalam menghubungkan antara faktor resiko dengan efek ( Penyakit ).
Penelitian cohort digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek melalui pendekatanlongitudinal ke depan atau prospektif. Artinya faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu : penyakit atau salah satu indikator status kesehatan.
Penelitian Cohort membandingkan proporsi subjek yang menjadi sakit ( efek positif ) antara kelompok subjek yang diteliti dengan faktor positif dengan kelompok subjek dengan faktor resiko negatif ( kelompok kontrol ).

Langkah-langkah pelaksanan penelitian cohort
a. Identifikasi faktor-fakor rasio dan efek
b. Menetapkan subjek penelitian ( menetapkan populasi dan sampel )
c. Pemilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek negatif
d. Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
e. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
f. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapatkan efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok resiko positif maupun kelompok kontrol.

Skema Rancangan Penelitian Cohort
Efek +
Prospektif
Faktor risiko +
Efek -
Populasi (sampel)

Faktor risiko -
Prospektif
Efek +
Efek -Contoh Sederhana : Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara Ca paru (efek) dengan merokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.

Tahap pertama : Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan resiko (variabel independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).
- Variabel dependen : Ca. paru
- Variabel independen : merokok
- Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.

Tahap kedua : Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau tempat tertentu, dengnan umur antara 40 sampai dengan 50 tahun, baik yang merokok maupun yang tidak merokok.
Tahap ketiga : Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih sama dengan kelompok merokok.

Tahap keempat : Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang yang merokok (resiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok (kontrol) sampai pada waktu tertentu, misal selama 10 tahun ke depan, untuk mengetahui adanya perkembangan atau kejadian Ca paru.

Tahap kelima : Mengolah dan menganalisis data.
Analisis dilakukan dengan membandingkan proporsi orang-orang yang menderita Ca paru dengan proporsi orang-orang yang tidak menderita Ca paru, diantaranya kelompok perokok dan kelompok tidak merokok.

Keunggulan Penelitian Cohort
a.Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok subjek dan kelompok kontrol) sejak awal penelitian.
b.Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu waktu ke waktu yang lain.
c.Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor resiko maupun efek dari waktu ke waktu.

Keterbatasan Penelitian Cohort
a.Memerlukan waktu yang cukup lama
b.Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit
c.Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan mengganggu analisis hasil
d.Ada faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya efek (mungkin penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.

RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMEN

Rancangan penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi 3, yakni :
1. Rancangan pra eksperimen (pre experiment design)
2. Rancangan eksperimen murni (true experiment)
3. Rancangan eksperimen semu (squasi experiment design
Dalam penelitian eksperimen sering digunakan simbol atau lambang-lambang sebagai berikut :
R : Randomisasi (randomizations)
0 1 (T1) : Pengukuran pertama (pretes)
X : Perlakuan atau eksperimen
0 2 (T1) : Pengukurankedua (postes)

1. Rancangan Pra Eksperimen
Bentuk-Bentuk Rancangan Pra-Eksperimen
a. Postes Only Design
Dalam rancangan ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan (X), kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau postes (02).
Selama tidak ada kelompok kontrol, hasil 02 tidak mungkin dibandingkan dengan yang lain. Rancangan ini disebut The one shot case study. Hasil observasi ini (02) hanya memberikan informasi yang bersifat deskriptif.
Rancangan ini tidak ada kontrol dan internal validitas dan tidak mempunyai dasar untuk melakukan komparasi atau perbandingan sehingga kesimpulan yang diperoleh menyesatkan. Penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu program yang inovatif, misalnya dalam bidang pendidikan kesehatan.

b. Rancangan One group Pretest-Postest
Rancangan ini juga tidak ada kelompok pembanding (control), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretes) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen.
Kelemahan rancangan ini adalah tidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi tada variable dependen karena intervensi atau perlakuan, tetapi perlu dicatat rancangan ini terhindar dari kelemahan terhadap validitas, misalnya sejarah, testing, maturasi dan instrumen.

c. Perbandingan Kelompok Statis
Rancangan ini sama seperti Postes only design hanya bedanya menambahkan kelompok control atau kelompok perbandingan
Kelompok eksperimen menerima perlakuan (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi (02). Hasil observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi pada kelompok control, yang tidak menerima program atau intervensi.
Faktor pengganggu seperti sejarah, testing, maturasi dan instrument dapat dikontrol walaupun tidak dapat diperhitungkan efeknya.

2. Rancangan Eksperimen Murni
Bentuk-bentuk rancangan eksperimen murni
a. Rancangan Pretes-Postes dengan Kelompok kontrol
Dalam rancangan ini dilakukan randomisasi, artinya pengelompokan anggota-anggota kelompok control atau kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random, dan diikuti intervensi (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu lalu dilakukan postes (02) pada kedua kelompok tersebut.
Dengan randomisasi ®, maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan intervensi (perlakuan). Karena kedua kelompok sama pada awalnya, maka perbedaan hasil postes (02) pada kedua kelompok tersebut dapat disebut sebagai pengaruh dari intervensi atau perlakuan. Rancangan ini adalah salah satu rancangan terkuat di dalam mengontrol ancaman-ancaman terhadap validitas.

b. Rancangan Randomisasi Salomon four group
rancangan ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validitas yang ada pada rancangan randomized group pretes-postes.
Apabila pretes mungkin mempengaruhi subjek sehingga mereka menjadi lebih sensitive terhadap perlakuan (X) dan mereka bereaksi secara berbeda dari subjek yang tidak mengalami pretes, maka eksternal validitas terganggu, dan kita tidak dapat membuat generalisasi dari penelitian itu untuk populasi

c. Rancangan Postes dengan kelompok kontrol
Rancangan ini sama seperti rancangan eksperimen murni yang lainnya hanya saja bedanya tidak dilakukan pretest. Karena kasus-kasus telah dirandomisasi baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok control, kelompok-kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan perlakuan.
Dengan rancangan ini, memungkinkan penelitian mengukur pengaruh prilaku (intervensi) pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebutdengan kelompok control.
Tetapi rancangan ini tidak memungkinkan peneliti untuk menentukan sejauhmana atau seberapa besar perubahan itu terjadi, sebab pretes tidak dilakukan untuk menentukan data awal.


3. Rancangan Eksperimen Semu (Quasi Experiment)
Pada penelitian lapangan biasanya menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi experiment). Desain ini tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Disebut eksperimen semu karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki cirri-ciri rancangan eksperimen yang sebenarnya, karena variable-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi, Oleh sebab itu validitas penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai eksperimenyang sebenarnya.

Bentuk-bentuk rancangan eksperimen semu (Quasi experiment)
a. Rancangan rangkaian waktu (Time series design)
b. Rancangan rangkaian waktu dengan kelompok pembanding (Control time series design)
c. Rancangan Non-Equivalent Control Group)
d. Rancangan Separate Sample Pretest-Posttest)
e. Rancangan Separate Sample Pretest-Posttest)
f. Rancangan Separate Sample Pretest-Posttest)





rizkynet: RENDRA

rizkynet: RENDRA

Rabu, 11 November 2009

PIDATO BAHASA INGGRIS

EVERYBODY NEEDS FANTASY

Ladies and gentlemen,
do you remember the first time you saw magic? Well, when I was a little kid, my kindergarten teacher showed me a trick. That was when I first watched magic. She did this:(performing) "Hey kids, look at this handkerchief. I push this blue handkerchief into my hand, and watch. It's gone! But if you say a magic word, 'abracadabra', you can make it reappear!" I couldn't believe my eyes. And this experience inspired me to start learning magic. Today, however, instead of taking you to the mysterious world of magic, I'd like to discuss how the fantasy of magic can create a more pleasant life.

Now, what is your response when you see a trick like this? Through my experience as a magician, I've found that there are mainly two different types of reactions when people see magic. Let me explain.

The first group of people try to enjoy the illusion. They accept the fantasy of magic, and try to believe what is going on in front of their eyes.

The second group of people don't distinguish the fantasy of magic from the world of reality. They either persist in finding out the secrets of the trick, or have no interest in magic at all. Instead they feel they are cheated by the magician, and therefore they don't enjoy the experience.

Now, which type are you, ladies and gentlemen? Of course for the magician, the first group of people makes the most desirable audience. But in today's busy society, I think the people of group 2 are at a disadvantage because I have a feeling that this attitude has something to do with one of our current problems, that is, 'stress'.

As you know, many of us are under increasing amounts of stress these days. Actually we are living in a very busy society and there are even children who suffer from stomach ulcers, which are considered to be a disease caused by stress. Many of us seek out the ways to alleviate the stress. But I think whether we suffer from stress or not depends largely on our attitude.

For example,
the first group of people enjoy everything. They are cheerful, and naturally relaxed. On the other hand the second group of people never leave the world of reality and often try to find fault with everything. For instance, when recommended to try something new, they worry, "Is this going to be fun?" or "Isn't that a waste of time?" And after that, they complain, "I shouldn't have done that!", and feel stress again. Or some people are at a loss as to how to make themselves relaxed, and their free time is spent just lying in front of TV all day, mostly wasting time.

I think people of group 2 lack the spirit of having fun, and that's why they can't relax and be happy. Although they'd like to be relaxed and happy, they make their own situations worse by being critical of everything even when relaxing. They also feel uneasy on the job, always thinking they are too busy, "I need some time to unwind." In spite of this when it comes to their free time, they feel uneasy again, thinking, "Oh, it's not the time to amuse myself. I'd better devote myself to my job."

Of course, it might depend on one's character or the life situation whether you can become the perfect group 1 people. But after all everybody needs fantasy somewhere deep inside, and the essence of relaxation is the spirit of having fun. Movies are a good example. There are so many kinds of movies, and the stories in most movies would hardly ever come true in our daily life. However, do we enjoy them when we are critical of the storyline? Do we enjoy them when we have doubt in our minds? The answer is definitely "No". We enjoy them only by trying to believe the story, by trying to feel as if we are on the screen.

In Japan, working hard without taking a rest is often considered to be a great virtue. Of course, it is important to be diligent, but it's not everything. We also need some time to put everything aside, escape our routine, and just relax. If we can fully appreciate our leisure time, we are refreshed, and can concentrate on our jobs once again. So let's take the opportunity to escape with a spirit of having fun, to live a really happy life.

I myself came to realize how good it is to be a group 1 person through my magic. And as a saying goes, "Everybody loves magicians." I believe magic is one of the best ways to have fun and relax. So I'd like to finish my speech by showing you some of my favorite tricks. (I show the audience a handkerchief) Well, I'm not here today for my magic show, but I stand here just to remind you of one thing. (It immediately changes into a cane.) That is, (I make the flower appear.) "It's time to smell the flowers!" And if you totally enjoyed my speech and magic, —I'm happy to tell you— you are a group 1 person already. Congratulations!

http://virgojo.blogspot.com/

PIDATO BAHASA INGGRIS

Contoh Pidato Bahasa Inggris
Go Green
I. PEMBUKAAN
Assalamualaikum Wr Wb.
With all due respect to the honorable judges, to the teacher from all Senior High Schools in Bekasi, and all the audience here, ladies and gentlemen… Good Morning!!
First of all, let us thank Allah SWT because of his blessings, we all can gather here on this sunny morning. Shalawat and prayer, we will say to our greatest prophet Muhammad SAW, his family, his friends and his followers. Amen.
In this chance, I would like to tell you my speech that has the theme “Go Green!”
II. ISI
Saving Our Planet is a program that was persuading the earthlings so that they would become more concern and care to their entire environment. It was because the civilization that has been created by the modern people in this millennium era had affected so many destructive impacts which are really needed to be concerned. These impacts are causing a new problem, The “Global Warming”. In prediction, that in the last 100 years the temperatures of our planet has increased by 1’ every year. Meanwhile, the ocean surface has increased for about 1 meter from its former level. The problem is, modern people not only wanted to increase their prosperity, but also increase their rate of comfortable & luxurious life.
The situation was very different if we looked back to the last century where the pollution, the industrial garbage, and the toxin gases were friendlier. Friendlier, because on the 19th Century the technologies improvement and the consumerism character was not yet significant. Or should we say in this millennium era, the Earth exploitation and exploration were causing the crucial problem for the earthlings.
How crucial the earth environmental problems we face are for example: The protected animals & plants from certain species nearly extinct, the plantation sector is causing another problem for environment & ecosystem, forest logging without reboization, and the impact of mines exploitation that cannot be recycled and maintenance of mine sector, etc. For us, the youth generation is asking to the politicians and the government especially in Indonesia, “Why do those problems I mentioned left uncared without any preventive actions?” In fact, our ex-Minister of Environment of “Orde Baru” era Prof. Dr. Emil Salim has warned and gave us an opinion about will happen on the next 20 years. He said that the situation will be dangerous if there are no actions to prevent this. We need the proactive steps to maintain the nature and to rehabilitee what we have disrupted from every department that is connected with the environmental cases and our community. The example about the impact of human’s greed to the nature is The Lapindo Brantas case. That’s how the nature shows us their power. There’s not even one human could stand against the power of nature. Until now, there are no ways to stop the mud throwing and even the poisonous gases that is unwanted by the people.
We as the khalifah of the Earth can only begging, begging, and begging to the nature and destroy the nature. But when we must give something to the nature or maintain the nature, we feel that we don’t want to! Is the nature retaliating our doings? When we think deeply over this I guess the answer is “yes”, the nature is angry to us. The nature’s balance was really disturbed by the mortal’s hands and this behavior has spread widely over the world because of our hedonism.
The question is “How”? How do we realize collectively for the world’s life so that so that the Earth could become a better place to live…?
We as the youth generations, the lines of the civilization must be as one to create the vision & mission to help the government and the people for watching over the reboization program and for the environment reparation that is caused by the industrialist and the people generally wherever they are. We as the youth generation without exception must be totally devote our bodies & wills for the sake of healthy world, comfortable world, and for the sake of better place to live…
I suggest to the government and the people of Indonesia to plant the cambium plants or the pot plants on every one of the house garden. Everyone, every people must be responsible for every single of plants. Imagine! If every people have 1 plant in one house, there are 200 millions of plants in Indonesia. This is a very good step to begin our mission to prevent the Global Warming. Start this on any time now! For my recommendation, the sansivieras (one of the most beautiful pot plant) is really good to kept because of its great use of anti-pollutant & anti-free radical. Besides, its beauty will decorate our house so that we won’t feel bad to buy it.
III. PENUTUP
Well, I guess that’s all I can tell. In the end, to show our devotion as the youngish, the lines to the future, we must be balanced it with faith and taqwa because those are our capitol to realize our wishes so that we can live in perfect harmony just as Allah SWT has confirmed to us.
Wassalamualaikum Wr Wb.
http://virgojo.blogspot.com/

CONTOH NASKAH PIDATO BAHASA INGGRIS

Global Warming
Assalamu Alaikum Wr. Wb
First of all I would like to say thank you to the teacher and all my friend who has given mee nice opportunity speech on this day, about global warming.
We know global warming is serious problem which is world well in country developing and country developed. Global waming in reason by activity human which working way a ware or not a ware.
Global warming is a process to increase body temperature average atmosfer: sea and land. Stage body temperature global settlement will to cause alteration which other except to clib surface sea water, stage weather, and alteration total. Result global warming which other influenced crop agriculture, and destroyed kind animal. All energy source which can be grond originally with sun.

A part that energy inside form short wave radiation, including apperent shine when this energy to hit ground surface it changeable with shine to make hot with to warm up eart.
With temperature average large 15 C (59F), eart in fact already hot more 33 C (59F) with greenhouse effect. So that ice will to shut all grond surface but on the contrary. Result total tha t gas already more in atmosfer global warming result to become.
To protect the health and economic well-being of current and future generations, we must reduce our emissions of heat-trapping gases by using the technology, know-how, and practical solutions already at our disposal.

The Earth’s climate changes in response to external forcing, including variations in its orbit around the Sun (orbital forcing), volcanic eruptions, and atmospheric greenhouse gas concentrations. The detailed causes of the recent warming remain an active field of research, but the scientific consensus is that the increase in atmospheric greenhouse gases due to human activity caused most of the warming observed since the start of the industrial era. This attribution is clearest for the most recent 50 years, for which the most detailed data are available. Some other hypotheses departing from the consensus view have been suggested to explain most of the temperature increase. One such hypothesis proposes that warming may be the result of variations in solar activity.

None of the effects of forcing are instantaneous. The thermal inertia of the Earth’s oceans and slow responses of other indirect effects mean that the Earth’s current climate is not in equilibrium with the forcing imposed. Climate commitment studies indicate that even if greenhouse gases were stabilized at 2000 levels, a further warming of about 0.5 °C (0.9 °F) would still occur.
The prediction of climate change due to human activities began with a prediction made by the Swedish chemist, Svante Arrhenius, in 1896. Arrhenius took note of the industrial revolution then getting underway and realized that the amount of carbon dioxide being released into the atmosphere was increasing.
Moreover, he believed carbon dioxide concentrations would continue to increase as the world’s consumption of fossil fuels, particularly coal, increased ever more rapidly. His understanding of the role of carbon dioxide in heating Earth, even at that early date, led him to predict that if atmospheric carbon dioxide doubled, Earth would become several degrees warmer. However, little attention was paid to what must have been seen to be a rather far-out prediction that had no apparent consequence for people living at that time.
Arrhenius was referring to a potential modification of what we now call the greenhouse effect. Shortwave solar radiation can pass through the clear atmosphere relatively unimpeded, but longwave infrared radiation emitted by the warm surface of the Earth is absorbed partially and then re-emitted by a number of trace gases–particularly water vapor and carbon dioxide–in the cooler atmosphere above. Because, on average, the outgoing infrared radiation balances the incoming solar radiation, both the atmosphere and the surface will be warmer than they would be without the greenhouse gases. One should distinguish between the “natural” and a possible “enhanced” greenhouse effect. The natural greenhouse effect causes the mean temperature of the Earth’s surface to be about 33 degrees C warmer than it would be if natural greenhouse gases were not present.
This is fortunate for the natural greenhouse effect creates a climate in which life can thrive and man can live under relatively benign conditions. Otherwise, the Earth would be a very frigid and inhospitable place.
On the other hand, an enhanced greenhouse effect refers to the possible raising of the mean temperature of the Earth’s surface above that occurring due to the natural greenhouse effect because of an increase in the concentrations of greenhouse gases due to human activities. Such a global warming would probably bring other, sometimes deleterious, changes in climate; for example, changes in precipitation, storm patterns, and the level of the oceans. The word “enhanced” is usually omitted, but it should not be forgotten in discussions of the greenhouse effect.

The predicted effects of global warming on the environment and for human life are numerous and varied. It is generally difficult to attribute specific natural phenomena to long-term causes, but some effects of recent climate change may already be occurring. Raising sea levels, glacier retreat, Arctic shrinkage, and altered patterns of agriculture are cited as direct consequences, but predictions for secondary and regional effects include extreme weather events, an expansion of tropical diseases, changes in the timing of seasonal patterns in ecosystems, and drastic economic impact. Concerns have led to political activism advocating proposals to mitigate, eliminate, or adapt to it.
Except to crash which resolute there are to crash which already straight we not a ware. We can see in television that in big city very much empty region but the region used to project.
So region to plantis greentree very less tree which we to see to run very less even live style them more like to use carriage than to run away. This to make weather in environment them dirtied. So that event’s this to grow reason global warming.
I think that all . Thank You.
Wabillahi taufik wal hidayah
Assalamu Alaikum Wr. Wb.

http://virgojo.blogspot.com/

RENDRA

RESENSI
Judul: Rendra, Ia tidak Pernah pergi
Tebal: xv + 388
Penerbit: Penerbit Buku Kompas, JakartaTahun: September 2009

Rendra mencontohkan bagaimana Herman Willem Daendels yang membangun jalan berdasarkan kepentingan perdagangan, pertahanan militer dan kekuasaan. Implikasi dari itu semua itu adalah tumbuhnya sebuah ruang metropolitan. Orang-orang desa yang sebelumnya melakukan perdagangan dengan pembagian waktu berdasarakan hari pasaran dan penghayatan kosmis, kini berebut mendirikan rumah tepat di tepi jalan yang dibangun oleh Daendels (hal. 216). Akibatnya, ketidakseimbangan kosmis terjadi.
Tentu saja hal semacam itu tidak hanya terjadi di masa lalu, tetapi juga pada masa kini. Ambil saja contoh pembangunan hipermarket di kota-kota besar. Keberadaan hipermarket tersebut tidak hanya menggeser pedagang kecil, tetapi juga telah mengancam keberadaan pasar tradisional.
Pada masa lampau pasar adalah tempat terjadinya pertemuan berbagai kebudayaan. Tetapi kini interaksi tersebut terancam. Proses tawar-menawar yang menjadi pemandangan lumrah di pasar tradisional kini digantikan dengan belanja yang menghilangkan hak pembeli untuk melakukan penawaran.
Itu sebabnya Rendra secara tegas mengungkapkan bahwa sesuatu yang bersifat tradisional layak untuk dipertimbangkan kembali. Sebab bagaimanapun, tradisi lama dan kearifan tradisional dapat diolah kembali untuk memperkuat kohesi masyarakat, sekaligus sebagai modal untuk membangun bangsa dengan lebih baik dan manusiawi.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah hal yang dilakukan oleh Rendra merupakan sesuatau yang sia-sia? Bukankah pementasan teater maupun pembacaan sajak yang dibawakan oleh Rendra tidak banyak membawa perubahaan secara signifikan?
Ternyata Rendra memiliki idealisme tersendiri dalam hal tersebut.. Bagi Rendra. Seperti dikutipkan oleh Mudji Sutrisno dalam tulisan dalam buku ini, Fenomena Koko dan Rendra Secara Budaya (Hal. 53), bahwa bagi Rendra seseorang boleh saja merasa lelah dan merasa sia-sia memikirkan gambaran keadaan manusia masa kini, namun ia tidak boleh berhenti berjuang dan bersuara memperjuangkan tegaknya martabat manusia Indonesia.
Rasanya, ungkapan Rendra tersebut bukan tanpa alasan. Rendra sendiri yakin bahwa Indonesia masih memiliki masa depan. Ini dapat ditangkap lewat ucapannya dalam sebuah wawancara. Menurut Rendra Indonesia masih punya masa depan selama masih ada pengusaha menengah dan orang-orang muda.
Menurutnya, pengusaha menengah telah terbukti kekenyalannya sejak masa tanam paksa di jaman Belanda. Kini pengusaha menengah telah dapat menyerap tenaga kerja hingga 30 juta orang. Sedangkan anak muda, dalam pengamatan Rendra, kini semakin banyak melahap buku-buku humaniora, dan semakin kritis dalam menggugat masalah-masalah kebangsaan. Bagi Rendra, fenomena ini merupakan investasi budaya.
Selain itu, Rendra juga ternyata bukan sosok yang hanya memikirkan masalah kesenian. Ia pun memikirkan bagaimana orang-orang yang hidup dari kesenian. Rendra paham benar, di Indonesia orang tidak dapat hidup melulu dari kesenian. Bahkan ia dan anggota Bengkel Teater pernah mengalami kesulitan keuangan pada tahun 1970-an.
Menurut Rendra, sulitnya menggantungkan hidup dari teater disebabkan di Indonesia belum ada infrastruktur yang memungkinkan para pemain teater bisa berkarya secara total. Di sejumlah negara maju infrastruktur semacam itu sudah dibangun. Di negara-negara semacam ini para penggiat teater tidak hanya didukung oleh agen yang profesional, tetapi juga lembaga lain, sebutlah bank, yang siap mendukung kegiatan teater. Kenyataan ini menunjukkan bahwa seluruh pihak memang memiliki keperdulian terhadap kebudayaan,
Itu sebabnya Rendra bertekad untuk membuat orang-orang dalam Begkel Teater menjadi lebih sejahtera. Hal ini terungkap dalam wawancara dengan Rendra berkaitan dengan Bengkel Teater dan para anggotanya. Dalam wawancara yang dilakukan pada tahun 1989 tersebut, Rendra mengungkapkan keinginnya untuk mendirikan sebuah padepokan (hal.149)yang dapat memenuhi kebutuhan dasar dan kesejahteraan ekonomi anggota Bengkel Teater dapat terpenuhi.
Buku yang terdiri dari sejumlah tulisan yang ditulis oleh budayawan, sastrawan, sampai wartwan ini memang tidak dapat dikatakan mewakili secara keseluruhan gagasan kebudayaan seorang Rendra. Namun, paling tidak, terbitnya buku ini telah membantu terkumpulnya berbagai gagasan kebudayaan Rendra yang masih tercecer di berbagai media.
Karya-karyanya Rendra tidak hanya respon terhadap kondisi di sekitarnya, namun juga menunjukkan berbagai gagasan mengenai kebudayan yang luas dan menembus waktu.Itulah yang dapat ditangkap dari buku ini. Dari buku ini pertama-tama pembaca dapat melihat bagaimana "ketegangan" antara Rendra dengan realitas yang terjadi di sekitarnya. Ketegangan disebabkan Rendra melihat ada yang keliru dalam arah kebudayaan.
Rendra mencium bahwa kebudayaan Indonesia tengah berada dalam posisi yang tersingkirkan. Artinya, tidak banyak orang yang memikirkannya secara serius untuk memperbaiki keadaan, sebaliknya atas nama perkembangan ataupun pembangunan, perlahan-lahan kebudayaan masyarakat kian disisihkan, dan akar hal ini telah terjadi sejak masa kolonial.